Di bawah rembulan yang malu-malu,
cahayanya menari di matamu,
aku temukan dunia yang tak pernah kutahu,
hangat, indah, memeluk kalbu.
Cinta, kau adalah angin yang membisik lembut,
menggetarkan dedaunan hati yang kaku,
kau melukis hari-hari yang dulu kelabu,
menjadi kanvas penuh warna biru.
Jika waktu berhenti dalam dekapanmu,
aku rela tinggal di sana selamanya,
tak perlu peta, tak perlu arah,
karena pelukanmu adalah rumah.
Suaramu, seperti melodi musim semi,
membangunkan bunga-bunga di hati ini,
setiap kata yang kau ucapkan,
adalah puisi yang tak pernah hilang.
Aku mencintaimu dengan cara sederhana,
seperti laut mencintai cakrawala,
tak pernah lelah, meski tak pernah bertemu,
hanya berharap kau tahu, aku untukmu.
Maka biarlah malam ini menjadi saksi,
di bawah rembulan dan langit yang sepi,
bahwa cinta ini akan terus bernyanyi,
meski waktu memisahkan kita nanti.
Leave a comment